Aku terbangun karena telpon genggamku berdering. Kulihat Fifine, anak ABG yang entot semalem, masih terlelap. Payudaranya yang montok bergerak seiring dengan tarikan napasnya. Pengen aku menggelutinya lagi, tetapi temanku Erick sedang menunggu diujung hp. Aku keluar kamar supaya Fifine gak terganggu dengan pembicaraanku.
“Baru bangun ya”, terdengar suara Erick diujung sana.
“Iya, mau ngapain pagi gini dah nelpon, masih ngantuk”, jawabku.
“Gini hari baru bangun, udah jam 10 nih. Pasti ngegarap abg ya”.
“La iya lah”, jawabku. “Ada apa”.
“Tukeran abg yuk, aku semalam main ama pembantu sebelah”.
“Pembantu? emangnya gak ada cewek yang lain”, kataku, rada kesel. Masak Fifine mau dituker ama pembantu.
“Tunggu dulu, biar pembantu Nuri cantik kaya anak gedongan. Bodinya montok banget dan napsunya gede banget, maunya terus2an main. Kamu pasti puas lah main ama dia”.
“Masak sih, kalo cewekku Fifine, anak skolahan, montok dan binal kalo di ranjang”, jawabku lagi.
“Ya udah, kita tukeran aja, mau enggak. Kalo mau aku ama Nuri cabut kerumahmu sekarang”.
Aku tertarik juga dengan tawaran, pengen juga aku ngeliat kaya apa sih pembantu yang katanya kaya anak gedongan, “Ok, dateng aja”. Pembicaraan terhenti. Aku kembali ke kekamar. Fifine udah bangun.
“Ada apa om, mau maen lagi gak”, katanya sambil tersenyum.“Belum puas semalem ya Fin. Temen om tadi nelpon ngajakin om tuker pasangan. Fifine mau gak maen ama temennya om. Dia juga ahli kok nggarap cewek abg kaya Fifine”, jawabku.“Kalo nikmat ya Fifine sih mau aja”, Fifine bangun dari tempat tidur dan masuk kamar mandi.Aku menyusulnya. Sebenarnya aku napsu lagi ngeliat Fifine yang masih telanjang bulat, tetapi karena Nuri mau dateng ya aku tahan aja napsuku. Kita mandi sama sambil saling menyabuni sehingga kontol ku ngaceng lagi.“Om, kontol nya ngaceng lagi tuh, maen lagi yuk”, ajak Fifine sambil ngocok kontolku.“Kan Fifine mau maen ama temennya om, nanti aja maennya. Temen om ama ceweknya lagi menuju kemari”, jawabku.
Sehabis mandi, kita sarapan dulu. Fifine tetep aja bertelanjang bulat sementara aku cuma pake celana pendek saja. Selesai makan aku menarik Fifine saung dipinggir kolam renang yang ada dibelakang rumahku. Fifine kupeluk dan kuciumi sementara tanganku sibuk meremes2 payudara montoknya. Fifinepun gak mau kalah, kontol ku digosok2nya dari luar celana ku.
Sedang asik, Erick dan Nuri datang. Erick sudah biasa kalo masuk rumahku langsung nyelonong aja kedalem, karena kami punya kunci rumah masing2. Nuri ternyata cantik juga, seperti bintang sinetron berdarah arab yang aku lupa namanya. Nuri make pakean ketat, sehingga payudaranya yang besar tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat menggairahkan. Nuri terkejut melihat Fifine yang bertelanjang bulat. Kuperkenalkan Fifine pada Erick, Erick langsung menggandeng Fifine masuk ke rumah.
“Ri, Erick bilang dia nikmat banget ngentot sama kamu, Memek kamu bisa ngempot ya, aku jadi kepingin ngerasain diempot juga”, kataku sambil mencium pipinya.“Ri, kamu napsuin banget, Toket besar dan pantat juga besar”.“Fifine kan juga napsuin pak”, jawabnya sambil duduk disebelahku di dipan.“Jangan panggil pak dong, panggil om. Kan saya belum tua”, kataku sambil memeluknya.
Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. Kupandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya aku mencium bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal lengannya.
Bibirku kini turun menyapu lehernya seiring telapak tanganku meraup payudaranya. Nuri menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya di saat lidahku menjulur menikmati lehernya yang jenjang. “Om….” Nuri memegang tanganku yang sedang meremas payudaranya dengan penuh napsu. Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan meremas payudaranya yang montok.
”Ri, aku ingin melihat payudaramu”, ujarku sambil mengusap bagian puncak payudaranya yang menonjol.
Dia menatapku. Nuri akhirnya membuka tank top ketatnya di depanku. Aku terkagum-kagum menatap payudaranya yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Payudaranya begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil berbaring Nuri membuka pengait BH-nya di punggungnya. Punggungnya melengkung indah. Aku menahan tangan Nuri ketika dia mencoba untuk menurunkan tali BH-nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan BH-nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat payudaranya semakin menantang.
“payudaramu bagus, Ri”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya.
Perlahan aku menarik turun cup BH-nya. Mata Nuri terpejam. Perhatianku terfokus ke putingnya yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Kuusap putingnya lalu kupilin dengan jemariku. Nuri mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi payudaranya.
“Egkhh..” rintih Nuri ketika mulutku melumat putingnya.
Kupermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit putingnya lalu kuisap kuat-kuat sehingga membuat Nuri menarik rambutku. Puas menikmati payudara yang sebelah kiri, aku mencium payudara Nuri yang satunya yang belum sempat kunikmati. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulut Nuri. Sambil menciumi payudara Nuri, tanganku turun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perut Nuri. Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba Memeknya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Nuri.
Aku secara tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan. Nuri tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka jeans warna hitamnya. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Nuri yang tergolek di dipan, menantang. Kulitnya yang tidak terlalu putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna. Puas memandang tubuh Nuri, aku lalu membaringkan tubuhku disampingnya. Kurapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Nuri. Kubelai lagi payudaranya.
Kucium bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Nuri menelannya. Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans Nuri yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Nuri yang masih tertutup CDnya. jari tengah tanganku membelai permukaan CDnya tepat diatas Memeknya, basah. Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Nuri. Pinggul Nuri perlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya.
aku menyuruh Nuri untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan
kanan Nuri berhenti pada permukaan kancing celananya. Nuri lalu membuka kancing dan menurunkan reitsliting celana jeansnya. CD hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh di sekitar Memeknya hampir sebagian keluar dari pinggir CDnya. Aku membantu menarik turun celana jeans Nuri. Pinggulnya agak dinaikan ketika aku agak kesusahan menarik celana jeans Nuri. Akupun melepas celana pendekku. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan CD. Tubuhnya semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Kutarik tangan kirinya untuk menyentuh kontol ku dari luar CD ku. “Oh..” Nuri menyentuh kontol ku yang tegang.
“Kenapa, Ri?” tanyaku.Nuri tidak menjawab, malah melorotkan CD ku. Langsung kontol ku yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya. Belaiannya begitu mantap menandakan Nuri juga begitu piawai dalam urusan yang satu ini.“Tangan kamu pintar juga ya, Ri,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang mengocok kontol ku.“Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan.“Om sama Fifine semalem maen berapa kali?” tanyanya sambil terus mengurut-urut kontol ku.“Kamu sendiri semalem maen berapa kali sama Erick?” aku malah balik berrtanya.Mendapat pertanyaan seperti itu entah kenapa nafsuku tiba-tiba semakin liar. Nuri akhirnya bercerita kalau Erick napsu sekali tadi malem menggeluti dia. Mau berapa kali Arif meminta, Nuri pasti melayaninya. Mendengar perjelasan begitu jari-jariku masuk dari samping CD langsung menyentuh bukit Memek Nuri yang sudah basah. Telunjukku membelai-belai i tilnya sehingga Nuri keenakan.“Kamu biasa ngisep kan, Ri?” tanyaku. Nuri tertawa sambil mencubit kontol ku. Aku meringis.“Kalo punya om mana bisa?” ujarnya.“Kenapa memangnya?” tanyaku penasaran.“Nggak muat di mulutku,” selesai berkata demikian Nuri langsung tertawa kecil.“Kalau yang dibawah, gimana?” tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam Memeknya.
Nuri merintih sambil memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang Memeknya. Aku merasakan Memeknya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali kalau kontol ku yang diurut, pikirku. Segera CD nya kulepaskan.
Perlahan tanganku menangkap payudaranya dan meremasnya kuat. Nuri meringis. Diusapnya lembut kontol ku keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok kontol ku sehingga aku merasa keenakan. Aku tidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai payudaranya yang montok. Kupermainkan putingnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar Memek Nuri. kuraba permukaan Memek Nuri. Jari tengahku mempermainkan i tilnya yang sudah mengeras. kontol ku kini sudah siap tempur dalam genggaman tangan Nuri, sementara Memek Nuri juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental yang kurasakan dari jemari tanganku yang mengobok-obok Memeknya. Kupeluk tubuh Nuri sehingga kontol ku menyentuh pusarnya.
Tanganku membelai punggung lalu turun meraba pantatnya yang montok. Nuri membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku. Kedua telapak tanganku meraih pantat Nuri, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku menaiki tubuhnya. Kaki Nuri dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun melumat payudaranya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuh Nuri. Aku melebarkan kedua pahanya sambil mengarahkan kontol ku ke bibir Memeknya. Nuri mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Nuri menatap aku, matanya penuh nafsu seakan memohon kepadaku untuk memasuki Memeknya.
”Aku ingin mengentotmu, Ri” bisikku pelan, sementara kepala kontol ku masih menempel di belahan Memek Nuri.
Kata ini ternyata membuat wajah Nuri memerah. Nuri menatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun kontol ku yang perlahan menyusup ke dalam Memek Nuri.
Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti kontol ku membelah Memeknya yang ternyata begitu kencang menjepit kontol ku. Memeknya begitu licin hingga agak memudahkan kontol ku untuk menyusup lebih ke dalam. Nuri memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak peduli.
“Om, gede banget, ohh..” Nuri menjerit lirih.
Tangannya turun menangkap kontol ku. “Pelan om”. Soalnya aku tahu pasti ukuran kontol Erick tidaklah sebesar yang kumiliki. Akhirnya kontol ku terbenam juga di dalam Memek Nuri. Aku berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding Memek Nuri. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Kulumat bibir Nuri sambil perlahan-lahan menarik kontol ku untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Nuri membuka kelopak matanya. Nuri menurut. Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati kontol ku yang keluar masuk dari dalam Memeknya.
“Aku suka Memekmu, Ri.. Memekmu masih rapet” ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, Memek Nuri enak sekali.“Kamu enak kan, Ri?” tanyaku lalu dijawab Nuri dengan anggukan kecil. Aku menyuruh Nuri untuk menggoyangkan pinggulnya. Nuri langsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya.“Suka kontol ku, Ri?” tanyaku lagi. Nuri hanya tersenyum. kontol ku seperti diremas-remas ditambah jepitan Memeknya.“Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat.
Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kontol ku ke dalam Memek Nuri.
Kuperhatikan kontol ku yang keluar masuk dari dalam Memeknya. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Nuri semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat di pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Nuri yang semakin tidak terkendali.
“Ri.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan.“Nuri juga, om”, jawabnya.
Nuri merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkan terputus-putus. Aku merasakan Memek Nuri semakin berdenyut sebagai pertanda Nuri akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang kualami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Nuri hampir nyampe. Kuremas payudaranya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit putingnya. Kuhisap dalam-dalam.
“Ohh.. hh.. ooommmmmmmmmmm..” jerit Nuri panjang.
Aku membenamkan kontol ku kuat-kuat ke Memeknya sampai mentok agar Nuri mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat terbenam diantara payudaranya. Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.
“Ri, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku.
Nuri yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari kontol ku. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan Nuri juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang berada di belahan dada Nuri kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya. Telapak tanganku mencengkram payudara Nuri. Kuraup semuanya sampai-sampai Nuri kesakitan. Aku tak peduli lagi. Pejuku akhirnya muncrat membasahi Memeknya. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Nuri pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Nuri. kontol ku masih berada di dalam Memek Nuri. Nuri mengusap-usap permukaan punggungku.
“Nuri puas sekali di Entot om,” katanya. Aku kemudian mencabut kontol ku dari Memeknya. Dari dalam Erick keluar sudah berpakaian lengkap.“Pulang yuk Ri, sudah sore”, ajaknya.