Artis Roy Marten membacakan Sajak Sebatan Lisong-nya Rendra dalam upacara HUT RI Ke 66 bersama para juru parkir dan pedagang kaki lima di Gedung Monumen Nasional, Jakarta, Rabu (17/08/2011).
Roy Marten diundang secara khusus oleh pihak panitia sebagai bentuk penghormatan karena dirinya pernah menjadi pemeran utama film yang diproduksi pada tahun 1982 tersebut.
Tapak-Tapak Kaki Wolter Mongisidi menceritakan kisah perjuangan pahlawan nasional asal Sulawesi Utara tersebut.
Robert Wolter Mongisidi merupakan pemuda Minahasa dari Suku Bantik yang ikut mengelorakan perlawanan terhadap penjajah Belanda pada masa itu. Belanda menghukum tembak mati Mongisidi pada usianya yang sangat muda, 24 tahun, pada tahun 1949.
Setiap tahunnya warga Suku Bantik yang tersebar di 11 pemukiman di Manado merayakan Festival Seni Budaya Bantik yang puncaknya jatuh pada 5 September, yang merupakan hari di mana Mongisidi dihukum mati.
"Wolter Mongisidi merupakan tokoh yang luar biasa dan patut menjadi teladan. Tiga puluh tahun lalu saya hadir di lapangan ini dalam penggarapan film Mongisidi. Dan hari ini saya berjanji untuk membuat ulang film tersebut denga teknologi lebih baru dan cerita yang lebih lengkap," ujarnya di antara ribuan warga Bantik yang memadati Lapangan Bantik, Malalayang.
Festival tersebut menampilkan berbagai atraksi seni dan budaya Bantik, di antaranya Tari Upasa dan Tari Mahamba. Suku Bantik merupakan salah satu suku asal orang Manado.
Wolter Mongisidi merupakan salah satu tokoh penting yang sangat disanjung oleh warga Suku Bantik. Ketika jenazah Mongisidi diambil oleh keluarganya, dari balik Alkitab yang diapitnya ketika ditembak, terselip sebuah kertas yang bertulis tangan, "Setia Hingga Akhir dalam Keyakinan." Kalimat itu menjadi kalimat heroik warga Bantik.
Walikota Manado Vicky Lumentut yang turut hadir pada Festival tersebut menyambut baik keinginan Roy Marten dan berjanji untuk membantu mewujudkan rencana tersebut.